Pobesito.com, Indonesia – Transportasi publik di kawasan Jabodetabek kini menunjukkan kemajuan menggembirakan.
Salah satu buktinya datang dari LRT Jabodebek, moda transportasi berbasis rel yang terus mencatat peningkatan jumlah penumpang setiap bulannya. NERAKATOTO
Menurut data terbaru dari PT Kereta Api Indonesia (KAI), jumlah pengguna LRT Jabodebek mencapai 7,7 juta orang hingga Triwulan III 2025.
Capaian ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap transportasi publik modern semakin tinggi — sekaligus menandai perubahan besar dalam pola mobilitas warga perkotaan.

Tren Lonjakan Pengguna
Sejak resmi beroperasi pada Agustus 2023, LRT Jabodebek terus menunjukkan tren positif.
Pada Triwulan III 2025, jumlah pengguna meningkat sekitar 15,6% dibanding Triwulan II, dengan total penumpang mencapai 7.729.511 orang.
Peningkatan ini menjadi sinyal bahwa masyarakat mulai beralih dari kendaraan pribadi ke moda transportasi massal yang efisien dan ramah lingkungan.
“Pertumbuhan ini menandakan pergeseran perilaku mobilitas warga perkotaan yang semakin mengandalkan transportasi publik modern,”
ujar EVP LRT Jabodebek KAI, dalam laporan resmi perusahaan.
Selain peningkatan kuantitas, tingkat kepuasan penumpang juga naik. Banyak pengguna menilai LRT Jabodebek kini lebih tepat waktu, nyaman, dan terjangkau dibandingkan saat awal peluncuran.
Faktor-Faktor yang Mendorong Pertumbuhan
Ada sejumlah faktor yang memicu lonjakan pengguna LRT Jabodebek selama tahun 2025 ini.
1. Kemacetan di Jalan Raya
Kemacetan di jalur Bekasi, Cawang, dan Dukuh Atas kian parah.
Masyarakat yang sebelumnya bergantung pada mobil atau motor pribadi kini beralih ke LRT karena waktu tempuhnya lebih pasti dan bebas macet.
2. Integrasi Moda Transportasi
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan terus memperkuat integrasi antar moda.
Kini penumpang LRT bisa langsung terhubung dengan KRL Commuter Line, TransJakarta, dan kereta cepat Whoosh melalui stasiun transit seperti Dukuh Atas dan Cawang.
Integrasi tarif dan jadwal membuat perjalanan antar moda jadi lebih efisien dan mudah diakses.
3. Tarif Kompetitif dan Promo Berkala
LRT Jabodebek menawarkan tarif kompetitif, dengan kisaran Rp5.000–Rp20.000 tergantung jarak tempuh.
Selain itu, ada promo dari KAI dan Kementerian BUMN seperti diskon 50% pada hari kerja tertentu, yang turut meningkatkan animo masyarakat.
4. Peningkatan Layanan dan Frekuensi
KAI memperbaiki sistem pengendalian otomatis (Automatic Train Operation/ATO) dan meningkatkan frekuensi perjalanan hingga setiap 10 menit sekali pada jam sibuk.
Perubahan ini membuat penumpang tidak perlu menunggu lama dan perjalanan menjadi lebih lancar.
5. Dukungan Pemerintah dan Regulasi
Pemerintah mendorong penggunaan transportasi publik sebagai solusi kemacetan dan pengurangan emisi karbon.
Program “Transportasi Ramah Lingkungan” yang dicanangkan Kementerian Perhubungan turut memperkuat posisi LRT sebagai moda andalan di kawasan metropolitan.

Statistik Pengguna: Siapa yang Naik LRT?
Data KAI menunjukkan sebagian besar pengguna LRT Jabodebek adalah pekerja kantoran (60%), diikuti pelajar/mahasiswa (25%), dan wisatawan domestik (15%).
Rute Cawang–Dukuh Atas menjadi lintasan paling padat dengan rata-rata 35.000 penumpang per hari.
Selain itu, akhir pekan mencatat lonjakan signifikan karena banyak masyarakat yang menggunakan LRT untuk wisata kota ke pusat perbelanjaan dan taman kota.
“Kami terus memantau perilaku pengguna dan menyesuaikan jadwal layanan agar sesuai dengan pola mobilitas masyarakat,”
ujar Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Pertumbuhan pengguna LRT Jabodebek bukan hanya berdampak pada sektor transportasi, tetapi juga mendorong efisiensi ekonomi dan peningkatan kualitas hidup.
1. Mengurangi Beban Kemacetan
Setiap 1.000 orang yang beralih ke LRT berarti ratusan kendaraan pribadi berkurang di jalan raya.
Hal ini membantu mengurangi waktu tempuh, konsumsi BBM, dan tingkat polusi udara.
2. Meningkatkan Produktivitas
Dengan perjalanan yang lebih cepat dan bebas stres, pekerja bisa tiba di kantor tepat waktu dan dalam kondisi lebih segar.
Waktu yang dihemat setiap hari berkontribusi pada peningkatan produktivitas ekonomi.
3. Mendorong Pertumbuhan Kawasan Transit-Oriented Development (TOD)
Kawasan sekitar stasiun seperti Cawang, Harjamukti, dan Dukuh Atas mulai berkembang pesat dengan munculnya area komersial, kafe, perkantoran, dan hunian vertikal.
Model Transit-Oriented Development (TOD) ini menciptakan ekosistem urban baru yang efisien dan ramah lingkungan.
4. Dampak Lingkungan Positif
LRT Jabodebek menggunakan sistem kelistrikan ramah lingkungan (Electric Multiple Unit) yang bebas emisi karbon langsung.
Ini membantu Indonesia mengurangi jejak karbon di sektor transportasi hingga 20% di wilayah Jabodetabek.

Tantangan yang Masih Dihadapi
Meski trennya positif, beberapa tantangan masih perlu dibenahi agar layanan LRT semakin optimal:
- Kapasitas Gerbong Terbatas – Pada jam sibuk, kepadatan di beberapa stasiun utama masih tinggi. Diperlukan penambahan rangkaian kereta baru.
- Akses ke Stasiun – Beberapa stasiun belum memiliki fasilitas feeder (angkutan penghubung) yang memadai.
- Sosialisasi Integrasi Digital – Banyak penumpang belum familiar dengan sistem tiket terintegrasi menggunakan aplikasi KAI Access atau JakLingko.
- Pemeliharaan Teknis – Sistem otomatisasi kereta membutuhkan perawatan intensif agar terhindar dari gangguan operasional.
KAI dan pemerintah berkomitmen memperbaiki kendala tersebut melalui peningkatan layanan dan penambahan armada.
Inovasi Digital untuk Layanan Masa Depan
LRT Jabodebek terus mengembangkan inovasi digital guna meningkatkan kenyamanan pengguna.
Beberapa di antaranya:
- Aplikasi Mobile Terintegrasi: memungkinkan pembelian tiket, pengecekan saldo, dan pelacakan jadwal kereta secara real-time.
- Sistem Pembayaran Nontunai: kini sudah mendukung berbagai platform seperti QRIS, JakLingko, dan e-wallet.
- Data Analytics Penumpang: digunakan untuk memantau tren mobilitas dan menyesuaikan jadwal perjalanan.
- AI Monitoring System: diterapkan untuk memantau keandalan sistem ATO dan mendeteksi potensi gangguan teknis lebih cepat.
Transformasi digital ini membuat LRT Jabodebek siap menjadi bagian dari ekosistem smart mobility Indonesia.
Harapan ke Depan: Menuju Transportasi Terpadu Nasional
Pemerintah menargetkan jumlah pengguna LRT Jabodebek menembus 10 juta penumpang per triwulan pada 2026.
Rencana pengembangan jalur baru seperti Bekasi Timur–Cikarang dan Dukuh Atas–Manggarai sedang dalam kajian untuk memperluas jangkauan layanan.
Dengan sinergi pemerintah, operator, dan masyarakat, LRT diharapkan menjadi bagian dari transformasi besar transportasi publik di Indonesia.
LRT Jabodebek bukan sekadar proyek infrastruktur, tetapi simbol peradaban kota modern — menghubungkan efisiensi, keberlanjutan, dan kenyamanan hidup masyarakat urban.
Kesimpulan
Keberhasilan LRT Jabodebek mencapai 7,7 juta pengguna menunjukkan bahwa masyarakat mulai berpindah menuju transportasi publik yang lebih cerdas dan ramah lingkungan.
Kenaikan ini menjadi bukti bahwa investasi di sektor transportasi massal telah memberikan dampak nyata terhadap mobilitas, ekonomi, dan lingkungan.
Dengan peningkatan layanan, digitalisasi, dan integrasi antarmoda, pengguna LRT Jabodebek diyakini akan terus bertambah di tahun-tahun mendatang.
Masa depan transportasi Indonesia kini melaju di atas rel — cepat, bersih, dan berkelanjutan.







